Ini 3 Ayat tentang Sedekah Jariyah Lengkap dengan Tafsirnya
Bayangkan, setiap kebaikan yang Anda lakukan bisa terus memberi pahala meski sudah meninggal dunia, itulah keajaiban sedekah jariyah. Untuk memahaminya lebih dalam, mari telaah ayat tentang sedekah jariyah beserta tafsirnya, sehingga setiap sedekah yang dilakukan benar-benar membawa berkah.
Belum tahu? Tenang, artikel ini akan membahas tiga dalil penting tentang sedekah jariyah lengkap dengan tafsir dan hikmah agar kebaikan Anda lebih berarti. Jadi, jangan lewatkan penjelasannya ya!
Apa yang Dimaksud dengan Sedekah Jariyah?
Secara bahasa, kata sedekah berasal dari akar kata Arab “shadaqa” yang berarti benar atau membenarkan sesuatu secara ikhlas. Kata jariyah sendiri berarti mengalir atau berlanjut, sehingga shodaqoh jariyah adalah sedekah yang pahalanya terus mengalir tanpa putus.
Secara istilah, shodaqoh jariyah adalah sedekah yang manfaatnya terus dirasakan orang lain dalam jangka waktu lama secara berkelanjutan. Contohnya, membangun masjid, menyumbangkan buku atau ilmu, menyediakan sumur, fasilitas umum, hingga memberikan beasiswa kepada yang membutuhkan.
Menurut Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyebut sedekah jariyah sebagai amal yang pahalanya terus mengalir meski pemberi telah tiada. Ia menekankan sedekah jariyah sebagai amal yang tahan lama, memberi manfaat berkelanjutan bagi penerima sekaligus pahala bagi yang bersedekah.
Sedangkan, Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni menjelaskan bahwa sedekah jariyah mencakup semua amal bermanfaat, baik berupa ilmu, fasilitas ibadah, maupun sumber daya. Al-Suyuthi menambahkan sedekah jariyah bukan hanya soal harta, tetapi juga amal perbuatan yang memberi manfaat panjang, seperti pendidikan dan pelayanan kesehatan.
Lalu, Kenapa Sedekah Jariyah Disebut Amal Terbaik Sepanjang Masa?
Sedekah jariyah merupakan amalan istimewa karena pahalanya tidak pernah terputus, meskipun pemberinya telah meninggalkan dunia. Selama manfaatnya masih dirasakan banyak orang, pahala akan terus mengalir, menjadikannya sebagai tabungan akhirat yang abadi dan sangat berharga.
Selain memberi pahala yang terus mengalir, sedekah jariyah juga menjaga manusia dari sifat kikir, tamak, dan keterikatan berlebihan pada dunia. Amalan ini menumbuhkan keikhlasan sejati, sebab kita sadar bahwa semua harta hanyalah titipan sementara dari Allah.
Sedekah jariyah juga menghadirkan manfaat luas bagi masyarakat karena mampu memperkuat kepedulian, persaudaraan, dan rasa kebersamaan. Buktinya terlihat jelas dari berdirinya masjid, tersedianya pendidikan, dan mengalirnya air bersih untuk kebutuhan bersama.
Saat sedekah jariyah dilakukan banyak orang, dampaknya semakin besar karena mampu memperkuat solidaritas sosial serta menumbuhkan kepedulian antar masyarakat. Dari solidaritas itu tercipta kehidupan yang adil, penuh kasih sayang, dan saling mendukung.
Inilah 3 Ayat tentang Sedekah Jariyah dan Pesan Mulia di Baliknya
Al-Qur’an memberikan penjelasan yang sangat indah mengenai keutamaan sedekah jariyah, lengkap dengan gambaran balasan yang Allah janjikan. Untuk memahami makna mendalamnya, mari kita bahas bersama beberapa ayat mengenai sedekah jariyah berikut ini.
1. Surah Al-Baqarah 261
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 261:
ي مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
Arab-latin: Maṡalullażīna yunfiqụna amwālahum fī sabīlillāhi kamaṡali ḥabbatin ambatat sab'a sanābila fī kulli sumbulatim mi`atu ḥabbah, wallāhu yuḍā'ifu limay yasyā`, wallāhu wāsi'un 'alīm.
Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Ayat tentang sedekah jariyah ini menggambarkan betapa besar balasan yang Allah berikan bagi orang yang berinfak dengan tulus dan ikhlas. Perumpamaannya sederhana namun kuat, yaitu seperti seorang petani yang menanam sebutir benih di tanah yang subur, lalu tumbuh banyak bulir hingga hasilnya berlipat ganda.
Dalam penjelasan Tafsir Ringkas Kementerian Agama RI, balasan pahala dari sedekah bisa mencapai tujuh ratus kali lipat atau bahkan lebih, tergantung pada tingkat keimanan dan keikhlasan pemberinya. Allah Maha Luas karunia-Nya dan Maha Mengetahui setiap niat, sehingga tidak ada satu pun amal yang luput dari perhitungan-Nya
Ayat ini mengingatkan bahwa sedekah sejatinya menumbuhkan pahala dan keberkahan, bukan membuat harta berkurang dalam kehidupan manusia. Dari keberkahan itu lahirlah ketenangan batin, kelapangan rezeki, dan ganjaran agung yang menanti di akhirat.
2. Surat Al-Baqarah Ayat 267
Allah juga berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 267:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَنفِقُوا۟ مِن طَيِّبَٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ أَخْرَجْنَا لَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ ۖ وَلَا تَيَمَّمُوا۟ ٱلْخَبِيثَ مِنْهُ تُنفِقُونَ وَلَسْتُم بِـَٔاخِذِيهِ إِلَّآ أَن تُغْمِضُوا۟ فِيهِ ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ
Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanū anfiqụ min ṭayyibāti mā kasabtum wa mimmā akhrajnā lakum minal-arḍ, wa lā tayammamul-khabīṡa min-hu tunfiqụna wa lastum bi`ākhiżīhi illā an tugmiḍụ fīh, wa'lamū annallāha ganiyyun ḥamīd.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Ayat ini turun sebagai teguran kepada kaum Anshar yang bersedekah dengan kurma mentah berkualitas rendah, sementara kurma baik disimpan untuk diri mereka. Allah mengingatkan bahwa orang beriman harus bersedekah dengan harta terbaik, bukan memberi sesuatu yang hina dan tidak layak.
Pesan ayat tentang sedekah jariyah ini menegaskan bahwa sedekah harus berangkat dari keikhlasan, dengan memberikan harta pantas yang juga disukai pemberinya. Jika seseorang saja enggan menerima barang buruk, maka tentu tidak pantas menjadikannya sedekah untuk orang lain.
Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya yang beriman untuk bersedekah dengan harta terbaik, halal, dan bermanfaat. Allah tidak menerima sedekah dari harta yang kurang pantas, sebab setiap pemberian harus berasal dari sesuatu yang benar-benar bermanfaat.
Sementara itu, Kementerian Agama RI menafsirkan bahwa setan kerap menakut-nakuti manusia dengan bisikan bahwa sedekah bisa membuat miskin dan mengurangi harta yang dimiliki. Padahal, Allah menegaskan harta yang disedekahkan tidak berkurang, justru semakin berkah, penuh kebaikan, serta mendatangkan ketenangan hati.
Dari dua tafsir ayat tentang sedekah jariyah tersebut tersirat pesan besar, yaitu sedekah harus dilakukan dengan kesungguhan hati serta menggunakan harta terbaik. Memberi dari sesuatu yang baik menunjukkan rasa syukur kepada Allah, sedangkan memberi yang buruk mencerminkan lemahnya keikhlasan seorang hamba.
3. Surat Ali Imran ayat 92
Dalam surat Ali Imran ayat 92, Allah berfirman:
لَن تَنَالُوا۟ ٱلْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ
Arab-Latin: Lan tanālul-birra ḥattā tunfiqụ mimmā tuḥibbụn, wa mā tunfiqụ min syai`in fa innallāha bihī 'alīm
Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.
Ayat tentang sedekah jariyah ini menarik karena menceritakan kisah Abu Thalhah, sahabat Nabi yang terkenal kaya dan sangat dermawan. Ia memiliki kebun kurma Bairuha’, harta paling dicintainya, bahkan sering dikunjungi Rasulullah SAW untuk beristirahat dan menikmati hasilnya.
Dalam penjelasan Tafsir Ibnu Katsir, diceritakan bahwa Abu Thalhah langsung bersedekah dengan kebun itu setelah dalil tentang sedekah jariyah ini diturunkan. Rasulullah kemudian memuji keikhlasan Abu Thalhah, menyebut kebun itu sebagai contoh nyata ketulusan hati seorang mukmin sejati.
Sejalan dengan penjelasan tersebut, Tafsir Kementerian Agama menegaskan bahwa kebajikan sejati lahir dari niat yang tulus. Memberikan harta terbaik yang paling dicintai menjadi bukti nyata kesungguhan seorang hamba dalam mencari ridha Allah SWT.
Allah Maha Mengetahui seluruh niat yang tersembunyi di balik sedekah, apakah benar ikhlas atau sekadar mengharap pujian. Jika niatnya murni ikhlas, maka balasan Allah tidak hanya di akhirat, melainkan juga keberkahan dalam kehidupan dunia.
Dalil ayat tentang sedekah jariyah ini mengingatkan kita bahwa keutamaan amal tidak diukur dari besarnya jumlah, melainkan keikhlasan hati. Orang yang berani memberi dari harta paling dicintainya menunjukkan bahwa keridhaan Allah lebih mulia daripada kecintaan dunia.
Allah memberikan janji pahala berlipat ganda dan keberkahan dunia kepada setiap hamba yang ikhlas bersedekah dengan sepenuh hati. Mari ambil langkah sederhana untuk menebar keberkahan hidup melalui program sedekah jariyah bersama Asterra agar pahala Anda terus mengalir tanpa henti.